Teruntuk Ibuku |
penulis : Raden Eki Turanggana
Indoaktual, Cimahi 15 November 2024, Ibu adalah sosok wanita yang luar biasa. Wanita yang hebat. Ibu adalah harta termahal didunia yang tak ada tandingannya sama sekali. Kasih sayang ibu bagaikan mentari yang selalu menyinari dunia tanpa lelah dan letih. Kelembutan jiwanya bagai hal terindah yang tidak tertandingi. Jiwanya ibarat baja yang selalu kuat dalam menghadapi berbagai rintangan kehidupan. Ibu adalah sosok penyabar yang selalu membuat siapa saja nyaman disampingnya. Hatinya lembut bagaikan sutera dari taman surga.
Ibu, kaulah sosok wanita yang sangat berarti bagiku. Ibu bagaikan malaikat yang Allah berikan untukku. Tanpa kau aku bukanlah siapa-siapa. Ibu, keikhlasanmu tidak dapat terbayarkan oleh apapun. Sungguh besar pengorbananmu mengandungku selama sembilan bulan sampai kau bertaruh nyawa untuk melahirkanku ke dunia ini. Kau merawatku dari aku kecil sampai aku tumbuh besar seperti ini dengan penuh kesabar dan penuh kasih sayang. Ibu, kau selalu mendidikku untuk menjadi seorang anak tegar, yang berani dan yang mandiri. Kau tidak pernah membiarkanku tumbuh menjadi seorang laki laki pengecut, yang mau diinjak-injak, yang cengeng dan kekanak-kanan.
Ibu kini usiamu semakin tua, kerutan tanda penuaan terlihat jelas di wajahmu. Rambutmu satu persatu mulai memutih. Ibu sering terserang penyakit. Desahan napas yang sesak terdengar dengan jelas. Namun ibu, selalu menyimpan itu semua dan ibu tetap memanjakan aku dengan penuh kasih sayang. Rasa lelahmu tidak membuatmu berhenti untuk mengurusi segala kebutuhan dan urusanku
Ibu, engkaulah malaikat . Itulah sebutan yang paling cocok untukmu ibuku. Engkau rela bangun pagi buta untuk menyiapkan segala keperluanku ibu pasti lelah tetapi ibu tetap ikhlas melakukan itu semua. Ibu, kaulah dokter bagi setiap kesakitanku. Ibu memberiku obat luka pada bagian yang sakit, ketika aku sudah terlelap tidur di malam hari. Ibu melakukan itu agar aku tidak kesakitan saat diberi obat luka. Ketika aku sakit, ibulah yang pertama kali khawatir dan meneteskan air mata, ibu selalu merawatku dengan penuh kasih sayang. Ibu yang selalu mengingatkan aku untuk meminum obat, menyiapkan obat untukku hingga memberi pelukan yang hangat ketika aku tidur.
Ibu adalah sosok sahabat tempat aku berbagi cerita suka dan duka. Ibu selalu merespon semua ceritaku. Ibu menghiburku ketika aku sedang sedih. Ibu memberikan nasehat yang membuat rasa sedihku hilang. Ibu juga sangat antusias untuk mendengarkan semua cerita ku. Ibu juga selalu berdoa buat ku. Tanpa aku sadari, aku seringkali mengeluarkan perkataan dengan nada yang keras kepada ibu. Terkadang aku memarahi ibu. Namun, ibu hanya diam dan mengalah. Ibu hanya membalas dengan perkataan yang lembut. Kesabaran ibu tidak ternilai dengan apapun.
Ibu, ada satu hal yang paling aku takutkan di dunia ini. Hal yang aku takutkan adalah kehilanganmu ibu. Aku takut jika suatu saat kau meninggalkanku. Apa jadinya aku tanpamu ibu. Mungkin hidupku akan berantakan, kacau dan mungkin saja aku tak bisa hidup tanpa mu. Aku takut jika suatu hari nanti aku tak bisa lagi mendengar suaramu, melihat senyummu, mendengar canda tawamu ibu. Aku tak bisa membayangkan itu semua. Ketahilah bu, aku menyayangimu lebih dari apapun. Aku rela melakukan apa saja walaupun nyawaku taruhannya, tapi aku sadar itupun belum dapat membayar semua jasamu ibu.
Pengorbananmu tidak akan dapat terbayarkan dengan apapun ibu. Keikhlasanmu tak ternilai harganya. Kebaikan dan kasih sayangmu bagaikan butiran pasir di lautan, tak terhitung jumlahnya.
Mulai dari sekarang sayangilah ibu mu jangan pernah melawan atau membantah ibu sekalipun karena itu sangat menyakiti hatinya. Ada sebuah ungkapan bahwa, surga itu dibawah telapak kaki ibu. Maka sayangilah ibu sebelum ibu pergi meninggalkan kita. Karena, kalau itu sudah terjadi hanyalah penyesalan yang kita dapatkan.