Gambar Kampung Coklat, Sumber:Traveloka |
Penulis : Eka Puspita dan Garsione Agni Andrea
Indoaktual, Yogyakarta, Pengelolaan agrowisata perkebunan di Indonesia semakin mengedepankan kearifan lokal dalam pemanfaatan lahan untuk mendukung keberlanjutan lingkungan. Agrowisata berbasis tanaman perkebunan, seperti yang diterapkan di Kampung Coklat, bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga untuk melindungi sumber daya alam dan budaya. Dengan memanfaatkan teknologi dan pengetahuan lokal yang sesuai dengan kondisi lingkungan, agrowisata memiliki potensi besar dalam meningkatkan pendapatan petani sekaligus menjaga kelestarian alam. Kampung Coklat di Kabupaten Blitar adalah salah satu contoh sukses yang mengusung konsep ini, dengan fokus pada budidaya kakao.
Kampung Coklat menawarkan pengalaman edukatif tentang budidaya kakao yang dapat dinikmati oleh para pengunjung. Di area wisata ini, terdapat pohon kakao produktif dengan dua varian utama, yaitu varian ungu (MCC02) dan varian hijau (Sulawesi 01). Pengunjung dapat menyaksikan langsung proses penanaman, perawatan, hingga panen kakao. Selain itu, mereka juga bisa membeli bibit kakao untuk ditanam di pekarangan, dengan estimasi hasil panen dalam dua tahun. Kampung Coklat juga menyelenggarakan tur yang memungkinkan pengunjung untuk melihat secara langsung seluruh proses budidaya dan pengolahan kakao, memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai tanaman ini.
Selain itu, Kampung Coklat memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk belajar langsung mengenai pengolahan biji kakao menjadi produk cokelat. Pengunjung dapat menyaksikan berbagai tahapan, mulai dari pencampuran, pelelehan, hingga pengemasan cokelat. Pengunjung juga dapat mencicipi varian cokelat yang dihasilkan, termasuk rasa unik seperti apel dan jeruk. Program Cooking Class yang tersedia memungkinkan pengunjung untuk mencetak dan menghias cokelat, menjadikan pengalaman ini lebih personal dan menyenangkan. Melalui kegiatan ini, pengunjung tidak hanya belajar tentang kakao, tetapi juga berpartisipasi dalam proses pembuatan produk yang mereka nikmati.
Di luar kegiatan edukasi mengenai kakao, Kampung Coklat juga menawarkan berbagai atraksi rekreasi, seperti Pulau Coklat dengan permainan perahu dan flying fox. Bagi pengunjung yang ingin bersantai, tersedia arena pemancingan. Fasilitas lainnya mencakup food court yang dikelola oleh masyarakat lokal, musala, serta Hall Kampung Coklat untuk berbagai acara. Taman Edel, yang disewakan untuk acara khusus, memberikan tempat ideal untuk berkumpul bersama keluarga atau teman. Kehadiran fasilitas-fasilitas ini memperkaya pengalaman wisata dan menciptakan suasana yang nyaman bagi pengunjung.
Kampung Coklat juga mengedepankan prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan agrowisata. Mereka memanfaatkan daun dan kulit kakao sebagai pakan tambahan untuk peternakan kambing dan domba, menciptakan ekosistem yang seimbang antara pertanian dan pariwisata. Kampung Coklat berperan aktif dalam mengedukasi pengunjung tentang pentingnya konservasi dan keberlanjutan, serta meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat. Dengan lebih dari 300 karyawan yang terlibat dalam berbagai kegiatan, Kampung Coklat tidak hanya memberdayakan masyarakat lokal, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan yang bermanfaat secara ekonomi.
Keterlibatan masyarakat lokal sangat penting dalam pengembangan Kampung Coklat. Selain menciptakan peluang kerja, Kampung Coklat juga memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan kebun kakao dan kegiatan wisata lainnya. Pemerintah Kabupaten Blitar turut mendukung pengembangan ini dengan membentuk kelompok tani, memberikan pelatihan teknis, serta menyediakan bantuan modal usaha dan pengelolaan. Salah satu kelompok tani yang terbentuk adalah Kelompok Tani Coklat Lestari, yang melibatkan masyarakat sekitar dalam pengelolaan kebun kakao. Kegiatan rutin seperti pengajian dan live music juga menciptakan suasana komunitas yang hidup dan dinamis, menjadikan Kampung Coklat sebagai pusat agrowisata yang berkelanjutan.