Pendidikan Tradisional vs Modern: Inspirasi dari Yaman untuk Indonesia

Pendidikan Tradisional vs Modern: Inspirasi dari Yaman untuk Indonesia

 

Penulis : Rohmawati

Mahasiswi : Universitas Darunnjah

E-mail :   mawatiroh0@gmail.com


Indoaktual, Yogyakarta, Pendidikan adalah hak dasar setiap anak, namun di Yaman, hak ini menjadi barang mewah yang sulit dijangkau. Sejak konflik bersenjata pecah pada 2015, UNICEF memperkirakan lebih dari dua juta anak di Yaman telah putus sekolah, dengan peningkatan hampir setengah juta anak akibat dampak perang yang terus berlangsung. Kondisi ini menjadi cerminan bagaimana pendidikan sering kali menjadi korban pertama dari konflik dan ketidakstabilan politik.

Sementara itu, Indonesia, meskipun tidak berada dalam situasi perang, menghadapi tantangan serius dalam memastikan akses pendidikan yang merata bagi seluruh anak. Kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, kurangnya infrastruktur pendidikan, serta tantangan pandemi COVID-19 telah menjadi penghalang besar dalam menciptakan sistem pendidikan yang inklusif.

Bagaimana kondisi tragis di Yaman bisa menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia? Apa yang bisa kita pelajari dari ketahanan Yaman di tengah krisis dan bagaimana kita dapat mencegah situasi serupa terjadi di tanah air?

Potret Suram Pendidikan di Yaman

Yaman menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Konflik yang telah berlangsung hampir satu dekade ini telah menghancurkan infrastruktur pendidikan. Ribuan sekolah rusak, hancur, atau digunakan untuk keperluan militer. Guru-guru, yang menjadi tulang punggung sistem pendidikan, tidak dibayar selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, membuat banyak dari mereka meninggalkan profesinya.

Selain itu, kemiskinan yang meluas memaksa banyak keluarga memilih antara menyekolahkan anak-anak mereka atau memastikan mereka membantu mencari nafkah. Anak-anak yang seharusnya berada di ruang kelas kini terjebak dalam lingkaran eksploitasi, termasuk pernikahan dini dan kerja paksa.

Namun, di tengah semua itu, ada kisah-kisah ketangguhan. Komunitas lokal dan organisasi internasional, termasuk UNICEF, terus berupaya menjaga pendidikan tetap berjalan, meskipun dalam kondisi darurat. Sekolah-sekolah darurat didirikan, program pembelajaran alternatif dijalankan, dan teknologi sederhana digunakan untuk menjangkau anak-anak yang tidak dapat datang ke sekolah.

Indonesia: Tidak Dalam Perang, Tapi Masih Berjuang

Indonesia tidak menghadapi konflik seperti Yaman, tetapi tantangan dalam pendidikan tetap nyata. Di negara kepulauan ini, disparitas pendidikan sangat terasa. Di wilayah-wilayah terpencil seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, dan pedalaman Kalimantan, banyak anak yang tidak dapat mengakses pendidikan berkualitas.

Data Kementerian Pendidikan menunjukkan bahwa angka putus sekolah di Indonesia masih signifikan, terutama di tingkat menengah atas. Alasan utamanya adalah kemiskinan, pernikahan dini, dan akses yang terbatas ke fasilitas pendidikan. Pandemi COVID-19 memperburuk situasi ini. Selama pembelajaran daring, jutaan anak tidak dapat mengikuti kelas karena keterbatasan akses internet dan perangkat belajar.

Meskipun tidak separah Yaman, kondisi ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia juga rentan terhadap krisis, baik yang bersifat sosial, ekonomi, maupun lingkungan.

Pelajaran dari Yaman untuk Indonesia

Tragedi pendidikan di Yaman memberikan sejumlah pelajaran berharga bagi Indonesia. Berikut beberapa di antaranya:

  1. Pentingnya Sistem Pendidikan yang Tangguh
    Yaman menunjukkan bagaimana konflik dapat menghancurkan pendidikan dalam sekejap. Indonesia perlu membangun sistem pendidikan yang tangguh terhadap krisis, baik itu bencana alam, pandemi, maupun konflik sosial. Salah satu langkahnya adalah memperkuat pendidikan berbasis komunitas yang dapat berjalan bahkan saat sekolah formal terganggu.
  2. Memanfaatkan Teknologi untuk Menjangkau Anak-anak
    Di tengah keterbatasan infrastruktur, Yaman menggunakan teknologi sederhana seperti radio dan televisi untuk melanjutkan pembelajaran. Indonesia, dengan akses teknologi yang lebih baik, dapat memaksimalkan potensi ini, terutama di daerah terpencil. Program pembelajaran daring harus dirancang untuk inklusif, dengan memperhatikan keterbatasan akses internet di wilayah tertentu.
  3. Mengutamakan Pendidikan di Tengah Krisis
    Konflik di Yaman menunjukkan bahwa pendidikan sering kali menjadi prioritas terakhir dalam situasi darurat. Indonesia perlu memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi fokus utama, bahkan di tengah krisis. Ini termasuk memastikan anggaran pendidikan tidak terpangkas dalam situasi darurat dan memastikan dukungan penuh bagi guru sebagai garda terdepan pendidikan.
  4. Kolaborasi dengan Komunitas dan Lembaga Internasional
    Yaman menunjukkan pentingnya kolaborasi antara komunitas lokal dan lembaga internasional untuk menjaga pendidikan tetap berjalan. Indonesia dapat belajar untuk memberdayakan masyarakat lokal dalam menciptakan solusi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan daerah mereka, sekaligus menjalin kerja sama dengan organisasi internasional untuk memperkuat infrastruktur pendidikan.

Membangun Masa Depan Pendidikan yang Lebih Inklusif

Indonesia memiliki keunggulan dalam hal sumber daya dan stabilitas dibandingkan Yaman. Namun, untuk memastikan setiap anak mendapatkan hak pendidikan, diperlukan upaya nyata yang melibatkan semua pihak. Pemerintah harus memprioritaskan peningkatan akses dan kualitas pendidikan, terutama di wilayah yang selama ini tertinggal.

Selain itu, penting untuk mengintegrasikan pendidikan karakter dan nilai-nilai kebangsaan dalam sistem pendidikan. Anak-anak Indonesia harus diajarkan untuk memahami pentingnya perdamaian, toleransi, dan kerja sama, agar tragedi seperti di Yaman tidak terulang di masa depan.

Teknologi juga harus menjadi bagian integral dari sistem pendidikan, tetapi dengan pendekatan yang inklusif. Program-program seperti sekolah daring, aplikasi pembelajaran, dan platform digital harus dirancang untuk menjangkau anak-anak di seluruh pelosok negeri, bukan hanya di kota besar.

Penutup: Pendidikan Sebagai Pilar Perdamaian

Pendidikan bukan hanya soal mencerdaskan anak bangsa, tetapi juga soal menciptakan generasi yang mampu membawa perdamaian dan stabilitas. Tragedi di Yaman adalah pengingat keras tentang pentingnya menjaga pendidikan di tengah segala kondisi.

Bagi Indonesia, pelajaran ini harus menjadi dorongan untuk membangun sistem pendidikan yang inklusif, tangguh, dan adaptif terhadap tantangan masa depan. Dengan memastikan setiap anak mendapatkan akses pendidikan yang layak, Indonesia tidak hanya menciptakan generasi cerdas, tetapi juga memupuk harapan untuk masa depan yang lebih baik, bagi bangsa dan dunia.

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال